Menikah muda di zaman sekarang ini kerap diidentikkan dengan kegagalan. 
Padahal tak semua pernikahan di usia muda berakhir dengan air mata. 
Wanita yang menikah di usia 19 tahun ini misalnya, hidup bahagia bersama
 suami dan tiga anaknya.
Putri, itulah nama wanita tersebut. Dia 
menikah saat baru lulus kuliah dan usianya baru 19 tahun. Wanita 
berkulit putih ini dinikahi Dio, pria yang sudah memacarinya selama 2,5 
tahun.
"Gue mau nikah karena sudah yakin sama pasangan. Pasangan 
sudah settle dan ada dukungan juga dari orangtua," tuturnya. Ketika 
menikah, suami Putri sudah bekerja di sebuah stasiun televisi. "Dia juga
 dari keluarga baik-baik, salatnya rajin, pekerja keras dan gue bisa 
bayangin gimana masa depan gue sama dia," tambah Putri.
Persiapan
 pernikahan Putri dan Dio terbilang cepat. Dio melamarnya tidak lama 
setelah ia lulus kuliah. Hanya dalam waktu tiga bulan setelah lamaran, 
pernikahan digelar pada 18 September 2004. Saat itu usia Dio, 26 tahun.
Sebulan
 setelah menikah, Putri dinyatakan hamil. Hamil di usia muda tidak 
menjadi kendala berarti untuknya. Yang justru jadi kesulitannya ketika 
anak pertamanya sudah lahir. Putri merasa saat itu dirinya tidak cukup 
mencari informasi bagaimana membesarkan anak.
"Akhirnya gue cuek 
saja, kasih makanan instant," kata Putri yang setelah anak pertama 
lahir, tidak lama kemudian dia hamil anak kedua. Kondisi itulah yang 
membuatnya cukup kerepotan. "Untungnya banyak yang bantu, kalau dulu 
sendirian, nggak sanggup," ujar wanita yang enam bulan lalu melahirkan 
anak ketiganya itu.
Selama menjalani pernikahannya dengan Dio, 
Putri tak menemui kendala berarti. Usianya yang saat itu baru 19 tahun 
juga tak mendatangkan masalah.
Hanya saja, menurut Putri, dia 
sempat merasakan ketidaknyamanan di awal-awal pernikahannya. "Mungkin 
dulu gue nggak terlalu siap punya anak, masih pengin ini-itu. 
Teman-teman masih pada ngumpul, ke kampus, mall, gue ngurusin anak," 
tuturnya.
Putri juga mengaku sangat bosan dengan kesehariannya 
sebagai ibu rumah tangga. Sempat terpikir untuk bekerja, namun setelah 
berpikir siapa yang akan menjaga anak-anak, niat itu diurungkannya.
Untuk
 mengatasi segala perasaan tidak enaknya itu Putri memilih bicara dengan
 suami dan ibunya. Kalau kebosanan melanda dia juga akan mencari 
aktivitas seperti berselancar di dunia maya dan menulis blog.
Permasalahan
 lainnya yang sempat ia rasakan di awal pernikahan adalah kondisi 
keuangan rumah tangga yang boros. Sebagai istri, saat itu dia belum bisa
 mengatur keuangan dengan baik. Namun kini seiring perjalanan waktu dan 
pengalaman serta banyak belajar, dirinya sudah mulai mahir mengurus 
keuangan rumah tangga dan anak.
Apa yang dilakukan Putri di atas 
sesuai dengan saran dari psikolog Anna Surti Ariani,S.Psi.M.Si. 
Menurutnya kalau memang seseorang memutuskan menikah muda, harus 
memahami dan menerima risikonya.
"Hadapilah semua risiko tersebut
 dengan matang dan dewasa. Apapun yang terjadi bertahanlah, apalagi 
kalau sudah punya anak," kata Anna saat berbincang dengan wolipop Jumat 
(29/6/2012).
Langkah Putri bicara dengan suami dan ibunya juga 
sama dengan pendapat Anna. Kata psikolog lulusan Universitas Indonesia 
itu, ketika menghadapi masalah, orang yang menikah muda perlu mencari 
bantuan dari orang lain.
"Cari bala bantuan untuk atasi masalah. Jangan mudah percaya, jangan percaya satu atau dua orang," sarannya.
 (eny/rma) Eny Kartikawati - wolipop

 
 
No comments:
Post a Comment